PENCEMARAN SAMPAH DI KOTA
SEMARANG
Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Pendidikan Ilmu Sosial
oleh
Nama : Yanuar Catur Pamungkas
Kelas : 2A
NPM : 12210032
Progdi : PPKn
PROGRAM STUDI
FAKULTAS PENDIDIKAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL
IKIP PGRI SMG 2012/2013
HALAMAN PENGESAHAN
makalah yang berjudul pencemaran sampah di kota Semarang ini telah disetujui untuk
dijadikan penilaian ujian akhir semester II pada :
Hari :
Tanggal :
Dosen Pengampu
Ocktavia,S.Pd,M.Pd
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, semoga
sholawat dan salam dilimpahkan kepada Hamba
dan Rosull-Nya Muhammad SAW juga kepada keluarga dan segenap sahabatnya.
Atas berkat rohmat, hidayah dan pertolongan Allah,
makalah ini bisa kami selesaikan, dan buku
ini hanyalah sebagai pengantar bagi mahasiswa yang ingin mempelajari "pencemaran sampah di Kota Semarang"
secara mendalam sehingga karena baru sebagai pengantar maka diharapkan mahasiswa membaca buku-buku lain untuk
melengkapi pengalamannya.
Dalam penulisan makalah ini saya selaku penulis memohon
maaf bila ditemukan Banyak Kekurangan dan kesalahan
Semarang, Mei
2013
Penulis
iii
DAFTAR
ISl
HALAMAN JUDUL ................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................. iii
DAFTAR ISI .................................................................... iv
BAB IPENDAHULUAN ...........................................................
1.1. Lalar Belakang .................................................................
1.2. Permasalahan ................................................................
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................
2.1. Pengertian
Sampah.............................................................
2.2. Dampak Pencemaran Sampah...........................................
2.3. Usaha
Pengelolaan Sampah................................................
2.4. Peran Pemerintah Dalam Menangani Sampah.......................
2.5. Metode
Daur Ulang Sampah................................................
BAB III PENUTUP .....................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sampah
merupakan masalah yang tak pernah terselesaikan hingga saat ini, meskipun
beberapa negara maju telah menindak tegas orang-orang yang suka membuang sampah
sembarangan, namun belum juga membuat para pembuang sampah sembarangan menjadi
jera, apalagi dengan negara berkembang yang sudah memiliki undang-undang yang
jelas mengenai permasalah ini.
Di
Indonesia sendiri sampah telah menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai.Pemerintah
sudah berupaya seoptimal mungkin dalam upaya menyelesaikan tentang permasalahan
sampah khususnya yang berada di Indonesia. Pemerintah juga sudah mengeluarkan
peraturan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah dan
larangan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan
limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah
ditentukan dan disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan
terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai
dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.
Tetapi masyarakat
seolah-olah tidak peduli akan undang-undang ini meskipun ada larangan “dilarang
membuang sampah sembarangan” mereka (masyarakat) tidak memperdulikan larangan
tersebut dan hanya dipandang sebelah mata. Bahkan mereka seakan tidak takut
akan bahaya yang akan ditimbulkan dari pembuangan sampah secara sembarangan dan
mereka hanya bisa menuntut pemerintah jika masalah sudah terjadi seperti :
banjir, Pencemaran air, Gangguan Estetika bau menyengat yang ditimbulkan dari
sampah,dll.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud dengan sampah?
2. Apa akibat yang ditimbulkan dari pembuangan
sampah secara sembarangan
3. Bagaimana
pengolahan sampah yang baik dan benar
1.3. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari sampah
2. Untuk
mengetahui akibat yang ditimbulkan dari pembuangan sampah secara sembarangan
vi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah
sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”.
Sampah
ialah semua jenis benda atau barang bangunan/kotoran manusia, hewan atau
tumbuh-tumbuhan atau yang berasal dari aktivitas kehidupan manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya yang dapat menimbulkan dan atau mengakibatkan
pengotoran terhadap air, tanah dan udara sehingga dapat menimbulkan pengrusakan
lingkungan hidup manusia.
Selain tiga teori diatas, beberapa ahli juga mengemukakan
definisi
sampah
menurutnya masing-masing. Definisi itu diantaranya :
TANJUNG, Dr. M.Sc
Sampah adalah sesuatu yang tidak
berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula
RADYASTUTI, W. Prof. Ir (1996)
Sampah adalah sumber daya yang tidak
siap pakai
BASRIYANTA
Sampah merupakan barang yang dianggap
sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik / pemakai sebelumnya, tetapi
masih bisa dipakai atau dikelola dengan prosedur yang benar
Azwar A. (1979 : 54)sampah adalah :“
….sebagian dari sesuatuyang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis karena (human waste) tidak
termasuk didalamnya.”
PRIE G. S
Sampah adalah barang yang kita miliki
tetapi sama sekali tidak pernah ada gunanya
ECOLINK (1996)
Sampah adalah suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia meupun proses alam
yang belum memiliki nilai ekonomis
Mochtar M.
sampah adalahsesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai,tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya ”
SETYO PURWENDRO
Sampah merupakan bahan padat buangan
dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah
makan, industri ataupun aktivitas manusia lainnya sehingga dengan kata lain,
sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak
terpakai
WIJAYA JATI
Sampah merupakan konsekuensi dari
adanya aktivitas manusia. Setiap altivitas manusia pasti menghasilkan sampah
DARMADI
Sampah merupakan produk buangan yang
pada umumnya berbentuk benda padat, dengan komposisi bahan organis dan
anorganik Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang
berasal dari rumah tangga, sampah industri, sampah dari pasar, sampah rumah
sakit, sampah pertanian, perkebunan dan peternakan serta sampah dari
institusi/kantor/sekolah dll.
Berdasarkan
komposisi/ asalnya sampah dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :
1.
Sampah organik.
Sampah
organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat
didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah
diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan
bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa
makanan, pembungkus (selain ketas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit
buah, daun dan ranting.
2.
Sampah Anorganik (non-organik).
Sampah
anorganik yakni sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik
sebagai produk sintetik maupun hasil pengolahan teknologi bahan tambang, hasil
olahan baan hayati dan sebagainya.
Sampah
anorganik dibedakan menjadi :
·
sampah
logam dan produk-produk olahanya,
·
sampah
plastik,
·
sampah
kertas,
·
sampah
kaca dan keramik,
·
sampah
deterjen,
·
dll.
Sebagian
zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme
(unbiodegradable).Sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu
yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik,
botol gelas, tas plastik dan kaleng.
Berdasarkan
sifat fisiknya, sampah digolongkan atas lima kategori, antara lain :
1. Sampah Basah (Garbage).
Terdiri
dari bahan-bahan organik yang mempunyai sifat mudah membusuk (sisa makanan,
buah atau sayuran). Sifat utama dari sampah basah ini banyak mengandung
air dan cepat membusuk terutama pada daerah tropis seperti Indonesia.
2. Sampah Kering
(Rubbish).
Tersusun
dari bahan organik maupun anorganik yang sifatnya lambat atau tidak mudah
membusuk. Sampah kering ini terdiri atas dua golongan:
--)
Metalic Rubbish - misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas.
--) Non Metalic Rubbish - misalnya kertas,
kayu, sisa-sisa kain, kaca, mika, keramik, dan batu-batuan
2. Sampah Lembut.
Terdiri
dari partikel-partikel kecil, ringan dan mempunyai sifat mudah beterbangan,
yang dapat membahayakan dan mengganggu pernafasan serta mata.
>>
Debu, berasal dari penyapuan lantai rumah atau gedung, debu pengrajin kayu, debu
pabrik kapur,pabrik semen, pabrik tenun, dan lain-lain.
>>
Abu berasal dari sisa pembakaran kayu, abu rokok, abu sekam, sampah yang
terbakar, dan lain-lain.
3. Sampah Besar (Bulky Waste).
Merupakan
sampah yang berukuran besar, misal : bekas furnitur (kursi,
meja), peralatan rumah tangga (kulkas, TV), dan lain-lain.
4. Sampah Berbahaya dan Beracun
(Hazardous Waste).
Merupakan sampah yang berbahaya baik terhadap manusia, hewan maupun tanaman, yang terdiri dari:
Merupakan sampah yang berbahaya baik terhadap manusia, hewan maupun tanaman, yang terdiri dari:
>>Sampah
patogen, berupa sampah yang berasal dari rumah sakit dan klinik.
>>Sampah
beracun, berupa sisa-sisa pestisida, insektisida, kertas bekas pembungkus bahan
beracun, baterei bekas, dan lain-lain.
>>Sampah
radioaktif, berupa sampah bahan-bahan nuklir.
>>Sampah
ledakan, berupa petasan, mesiu dari sampah perang, dan sebagainya.
2.2 Dampak Pencemaran Sampah
Di Semarang sendiri, produksi
sampah yang besar baik dari penduduk maupun sampah dari industri tidak
diimbangi dengan pengelolaan sampah yang baik.Sampah-sampah yang dihasilkan tersebut kebanyakan tidak
dikelola dengan baik sehingga akibatnya sering kita temui tumpukan sampah yang
menggunung di pinggir jalan, mengotori selokan atau saluran air, dan lebih
banyak lagi yang mencemari sungai, juga menimbulkan penyakit.
Sampah-sampah
itulah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir di daerah-daerah
tertentu karena menghambat saluran air yang ada sehingga air hujan yang
seharusnya bisa ditampung meluap hingga menggenangi jalan raya, hampir di
setiap hujan deras.
Faktor-faktor
yang menyebabkan buruknya pengelolaan sampah di Semarang antara lain karena
kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Masyarakat
sudah sangat terbiasa membuang sampah-sampahnya ke sungai tanpa peduli bahwa
itu akan menimbulkan pencemaran. Ketidakdisiplinan masyarakat dalam membuang
sampah juga seing terjadi di mana saja, seperti di tempat umum atau di jalan
raya, seolah-olah masyarakat tidak peduli bahwa perilakunya membuat lingkungan
menjadi tidak sedap dipandang. Hal ini sangat berbeda dengan kota-kota besar
lain yang masyarakatnya punya kesadaran tinggi tentang menjaga lingkungannya,
sehingga tempat-tempat umum di sana selalu terlihat rapi dan bersih.
Faktor lainnya adalah
kurangnya fasilitas kebersihan yang seharusnya tersedia, misalnya di
tempat-tempat umum ataupun di pinggir jalan.Hal ini kemudian menjadi alasan
bagi masyarakat untuk membuang sampah sesuka hatinya karena tidak menemukan
tempat sampah.
Kemudian
kurangnya peran pemerintah dalam menangani masalah ini juga menjadi salah satu
faktor. Sebenarnya pemerintah sudah mempunya aturan tentang pengelolaan sampah,
seperti UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dan Permendagri No 33
Tahun 2010 tentang pengelolaan persampahan. Namun realita yang terjadi
aturan-aturan ini tidak banyak merubah keadaan. Pencemaran sungai dan laut
akibat sampah, sampah yang berserakan di tempat-tempat umum, dan lain
sebagainya sepertinya tidak berkurang.
Kemampuan
Pemerintah dalam menangani sampah masih sangat terbatas. Secara Nasional, dari tahun 2000sampai2005, tingkat pelayanan baru
mencapai 40 % dari volume sampah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan semakin tingginya volume sampah
yang harus dikelola setiap hari sehingga bertambah sulit karena semakin besar
beban yang harus ditangani. Namun semua itu kembali kepada masyarakat jika
masyarakat tidak sepenuhnya sadar lingkungan bukan tidak mungkin masalah yang
ditimbulkan dari pencemaran sampah akan menjadi masalah yang sangat besar
terutama bagi masyarakat sendiri, berbagai macam masalah kesehatan, social, dan
ekonomi pun akan datang dengan sendirinya dan akan mengganggu kenyamanan
masyarkat.
Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
-
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal
dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah
yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.
-
Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
-
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia).Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang
berupa sisa makanan/sampah.
Dampak
terhadap keadaan social dan ekonomi :
-
Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk
karena sampah bertebaran dimana-mana.
-
Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
-
Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan
masyarakat.
-
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
Selain
itu Sampah yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi bermacam-macam
fungsinya, Antara lain :
1. Sebagai
sarana penularan penyakit. Hal ini timbul karena sampah basah (garbage) dapat
menjadi tempat bersarangnya dan berkembangbiaknya dari bermacam-macam
Vektor penularan penyakit. Vektor yang dimaksud adalah: lalat, Kecoak, nyamuk,
dan tikus.
Kebiasaan
lalat: Lalat biasa hidup di tempat-tempat yang kotor dan tertarik akan bau yang
busuk. Benda-benda yang ber bau busuk juga merupakan makanan lalat.Sampah,
terutama sampah basah, cepat berbau busuk, sehingga merupakan tempat
berkembangbiak dan tempat makanan lalat.
Kebiasaan
kecoak: Kecoak senang tinggal di tempat-tempat yang lembab, berbau, dan keadaan
gelap. Tumpukan sampah yang lembab, berbau, dan terdapat banyak celah-celah
yang gelap merupakan tempat berkembang biaknya kecoak. Lalat dan kecoak
merupakan vector penularan penyakit saluran pencernaan(perut) seperti:
diseentri, basiller, disentri amoeba, cholera, typhus abdominalis, diare karena
bakteri, dsb.
Kebiasaan
nyamuk: Nyamuk khususnya nyamuk aedes dan culex suka bersarang pada genangan
air. Sampah dari barang-barang seperti kaleng, kantong plastic, pecahan
gelas/botol menjadi tempat genagan air jika hujan turun, tempat ini sangat
disenangi nyamuk aedes sebagai tempat ber kembangnya.Nyamuk merupakan vector
penularan penyakit demam berdarah, kaki gajah, dan malaria.
Kebiasaan
tikus: Tikus umumnya suka bersarang pada tempat yang banyak makanan, tempat-tempat
yag lembab, dan celah-celah yang gelap sebagai tempat persembunyiannya. Sampah
basah masih banyak mengandung sisa makanan, agak lembab, dan terdapat celah-celah
untuk bersembunyi edari ancama musuh tikus.Oleh karenanya tikus suka bersarang
di tempat pembuangan sampah.Tikus merupakan vector penularan pes.
2. Di
samping penularan penyakit infeksi saluran pencernaan, di dalam tumpukan sampah
basah kadang-kadang mengandung telur cacing. Apabila sampah basah ini diberikan
untuk pakan ternak seperti ayam tanpa dimasak terlebih dahulu, maka ayam
tersebut dapat terjangkit penyakit cacingan misalnya Trichinosis, penyebabnya
adalah cacing Trichinella spiralis. Jika daging ayam tersebut
tidak sempurna memasaknya kemudian dikonsumsi oleh manusia, maka manusia pun
dapat terjangkit penyakit cacing Trichinella.
3. Dari
sampah juga juga dapat menjadi penyabab penyakit lain seperti penyakit kulit
dan jamur.
4. Kemudian
selain itu, dampak dari pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat keamanan
lingkungan dan kesehatan, misalnya membuang sampah secara sembarangan akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan meliputi pencemaran tanah, air, dan udara.
Sampah-sampah yang dibuang sebagian besar merupakan sampah organic.Bahan-bahan
organic ini mengalami pembusukan secara biologis oleh jasad-jasad renik/mikroba
yang bersifat aerobic. Selain itu juga terjadi proses pembusukan sampah organic
berlangsung secara anaerobic yang berlangsung lama dan akhirnya akan dapat
menghasilkan humus yang sangat berguna untuk penyuburran tanah dan perbaikan
kondisi tanah. Namun dampak negatifnya justru lebih banyak.
Sampah-sampah
plastic, pecahan kaca, karet, dan bahan-bahan yang sukar membusuk akan
mencemari tanah sehingga dalam waktu lama tidak dapat ditanami lagi (lahan
kritis).
Hasil
proses pembusukan sampah oleh jasad renik menghasilkan gas-gas seperti: CO2,
H2S, CH4, dan NH3, maka udara tercemar oleh gas-gas tersebut dan menimbulkan
bau yang tidak sedap. Disamping itu, jika ada sampah yang terbakar maka
asap-asap yang mengepul ke udara mencemari udara kaena adanya gas CO2 danCO.
Air
rembesan hasil dari proses pembusukan saampah akan mengalami perporasi yang
mengandung bahan terlarut yang dapat berbahaya untuk kesehatan, dapat mencemari
air tanah, serta badab-badan air yang berada dekat dengan tempat pembuangan
akhir sampah apabila tidak dilakukan pengawasan yang baik.
Bahaya Sampah Plastik bagi Kesehatan dan
Lingkungan
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya
lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi “PR” besar bagi
bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik.Kantong plastik
telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.Diperlukan waktu puluhan
bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar
terurai.Namun yang menjadi persoalan adalah dampak negatif sampah plastik
ternyata sebesar fungsinya juga.
Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik
dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna.Ini
adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel
plastik akan mencemari tanah dan air tanah. Jika dibakar, sampah
plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika
proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai
dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia.
Dampaknya antara lain memicu penyakit
kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.
Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air,
tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin
waduk. Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di
dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus
permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat!
Coba anda bayangkan begitu fantastisnya
sampah plastik yang sudah terlampau menggunung di bumi kita ini.Dan tahukah
anda ? Setiap tahun, sekitar 500 milyar-1 triliyun kantong plastik digunakan di
seluruh dunia.Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap
tahunnya (coba kalikan dengan jumlah penduduk kotamu!)Lebih dari 17 milyar
kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia
setiap tahunnya.
Kantong plastik mulai marak digunakan sejak
masuknya supermarket di kota-kota besar. Sejak proses produksi hingga tahap
pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan
produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon
setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan
di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah
kaca.
5.
Hasil pembusukan sampah dapat juga menggangu keseimbangan ekosistem, terjadinya
penyuburan pada badan-badan air karena menerima nutrient nutrien hasil
pembusukan sampah memungkinkan terjadinya ledakan populasi tumbuhan air seperti
eceng gondok dan akan mengganggu biota lain.
untuk
membuktikan terganggu atau tidaknya masyarakat di semarang kami mencoba untuk
menemui beberapa responden secara acak dan kebetulan tempat kami melakukan
wawancara tepat berada disekitar sungai pasar johar Berikut hasil petikan
wawancara kami
1. Nama : Bapak Nani Rauf
Umur : 46 tahun
Pekerjaan :
karyawan swasta
Hasil
wawancara :
· Masalah
lingkungan yang di hadapi oleh masyarakat setempat?
Jawab:
Menurut
bapak nani masalah lingkungan yang dihadapi warga cukup terganggu dengan adanya
sampah yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.
· Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat
setempat setelah terjadinya masalah tersebut?
Jawab:
Dampaknya
banyak penduduk yang sering menderita penyakit sesak nafas, gatal-gatal dan
diare.Akibat bau sampah yang sampai di lokasi warga, dan ketika musim angin dan
hujan sampah ini sangat menyengat baunya.
2.
Nama : Ibu titi mako
Umur : 35 tahun
Pekerjaan :
pedagang
Hasil
wawancara :
· Masalah lingkungan yang di hadapi oleh masyarakat setempat?
Jawab:
Menurut
ibu titi, masalah lingkungan yang di hadapi oleh masyarakat kalibanteng, yaitu
sudah tidak asing lagi, sampah adalah masalah utama, yang akibatnya dirasakan
juga oleh warga sekitar bantaran sungai.
· Bagaimana dampaknya bagi kelangsungan hidup masyarakat
setempat setelah terjadinya masalah tersebut?
Jawab:
Menurut
ibu titi, dampaknya banyak penduduk yang sering menderita penyakit sesak nafas,
gatal-gatal dan diare.Akibat bau sampah yang sampai di lokasi warga, dan ketika
musim angin dan hujan sampah ini sangat menyengat baunya.
3. Nama :
Ibu yane walangadi
Umur
: 32 tahun
Pekerjaan :
ibu rumah tangga
Hasil
wawancara :
Bagaimana dampaknya bagi
kelangsungan hidup masyarakat setempat setelah terjadinya masalah tersebut?
Jawab:
Menurut
ibu yane, dampaknya banyak penduduk yang sering menderita penyakit sesak nafas,
gatal-gatal dan diare.
4. Nama : Bapak andre
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : karyawan swasta
Hasil Wawancara:
Menurut bapak apa saja faktor utama banyak
sampah di bantaran sungai ?
Menurut bapak andre faktor
utama yang menyebabkan banyak sampah di sungai adalah sampah rumaha tangga
sedangkan sisanya adalah limbah pabrik dan limbah pasar
Apakah sudah ada usaha yang dilakukan dalam
menangani masalah sampah di sekitar sungai ?
Menurut
Bapak andre sudah ada usaha yang dilakukan seperti pengerukan lumpur yang
berada didasar sungai itupun harus dilakukan secara bertahap tetapi dinas tata
kota kadang seperti kurang tanggap mereka beranggapan bahwa permasalahan sampah
sungai merupakan masalah biasa sehingga sampah justru semakin menumpuk. Usaha
lain yang juga terus dilakukan adalah menghimbau warga setempat untuk tidak
membuang sampah secara sembarangan tetapi bagaimanapun yang namanya masyarakat
kalau belum sadar lingkungan mereka tetap saja masih melakukan pembuangan
samoah secara sembarangan.
2.3 Usaha Pengelolaan
Sampah
A.
Usaha Pengendalian Sampah
Untuk menangani permasalahan sampah secara
menyeluruh perlu dilakukan alternatif pengolahan yang benar. Teknologi landfill
yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah lingkungan akibat sampah, justru
memberikan permasalahan lingkungan yang baru.
Kerusakan tanah, air tanah, dan air
permukaan sekitar akibat air lindi, sudah mencapai tahap yang membahayakan
kesehatan masyarakat, khususnya dari segi sanitasi lingkungan. Gambaran yang
paling mendasar dari penerapan teknologi lahan urug saniter
(sanitary landfill) adalah kebutuhan lahan dalam jumlah yang cukup luas untuk
tiap satuan volume sampah yang akan diolah.
Teknologi ini memang direncanakan untuk
suatu kota yang memiliki lahan dalam jumlah yang luas dan murah. Pada
kenyataannya, lahan di berbagai kota besar di Indonesia dapat dikatakan sangat
terbatas dan dengan harga yang tinggi pula. Dalam hal ini, penerapan lahan urug
saniter sangatlah tidak sesuai.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat
diperkirakan bahwa teknologi yang paling tepat untuk pemecahan masalah di atas,
adalah teknologi pemusnahan sampah yang hemat dalam penggunaan lahan.
Konsep utama dalam pemusnahan sampah selaku
buangan padat adalah reduksi volume secara maksimum.Salah satu teknologi yang
dapat menjawab tantangan tersebut adalah teknologi pembakaran yang terkontrol
atau insinerasi, dengan menggunakan insinerator.
Teknologi insinerasi membutuhkan luas lahan
yang lebih hemat, dan disertai dengan reduksi volume residu yang tersisa (fly
ash dan bottom ash) dibandingkan dengan volume sampah semula.Ternyata
pelaksanaan teknologi ini justru lebih banyak memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan berupa pencemaran udara.Produk pembakaran yang terbentuk
berupa gas buang COx, NOx, SOx, partikulat, dioksin, furan, dan logam berat
yang dilepaskan ke atmosfer harus dipertimbangkan.
Selain itu proses insinerator menghasilakan
Dioxin yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya kanker, sistem
kekebalan, reproduksi, dan masalah pertumbuhan. Global Anti-Incenatot Alliance
(GAIA) juga menyebutkan bahwa insinerator juga merupakan sumber utama
pencemaran Merkuri.Merkuri merupakan racun saraf yang sangat kuat, yang
mengganggu sistem motorik, sistem panca indera dan kerja sistem kesadaran.
Belajar dari kegagalan program pengolahan
sampah di atas, maka paradigma penanganan sampah sebagai suatu produk yang
tidak lagi bermanfaat dan cenderung untuk dibuang begitu saja harus
diubah.
Produksi Bersih (Clean Production) merupakan
salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk
mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi
polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya
yang aman dalam kerangka siklus ekologis.
2.4
Peran Pemerintah dalam Menangani Sampah
Dari perkembangan kehidupan masyarakat dapat
disimpulkan bahwa penanganan masalah sampah tidak dapat semata-mata ditangani
oleh Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten/Kota).Pada tingkat perkembangan
kehidupan masyarakat dewasa ini memerlukan pergeseran pendekatan ke pendekatan
sumber dan perubahan paradigma yang pada gilirannya memerlukan adanya campur
tangan dari Pemerintah.Pengelolaan sampah meliputi kegiatan pengurangan,
pemilahan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan.
Berangkat dari pengertian pengelolaan sampah
dapat disimpulkan adanya dua aspek, yaitu penetapan kebijakan (beleid, policy)
pengelolaan sampah, dan pelaksanaan pengelolaan sampah.Kebijakan pengelolaan
sampah harus dilakukan oleh Pemerintah Pusat karena mempunyai cakupan nasional.
Kebijakan pengelolaan sampah ini meliputi :
Penetapan instrumen kebijakan: instrumen regulasi: penetapan aturan kebijakan
(beleidregels), undang-undang dan hukum yang jelas tentang sampah dan perusakan
lingkungan instrumen ekonomik: penetapan instrumen ekonomi untuk mengurangi
beban penanganan akhir sampah (sistem insentif dan disinsentif) dan
pemberlakuan pajak bagi perusahaan yang menghasilkan sampah, serta melakukan
uji dampak lingkungan Mendorong pengembangan upaya mengurangi (reduce), memakai
kembali (re-use), dan mendaur-ulang (recycling)
sampah, dan mengganti (replace); Pengembangan produk dan kemasan ramah
lingkungan; Pengembangan teknologi, standar dan prosedur penanganan sampah: Penetapan
kriteria dan standar minimal penentuan lokasi penanganan akhir sampah;
penetapan lokasi pengolahan akhir sampah; luas minimal lahan untuk lokasi
pengolahan akhir sampah; penetapan lahan penyangga.
C.
Metode Daur-ulang Sampah
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari
sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada beberapa cara
daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau
mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik.
Metode metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.
Ø Pengolahan Kembali Secara Fisik.
Metode
ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari
sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus),
atau dari sampah yang sudah tercampur.Sampah yang biasa dikumpulkan adalah
kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol
kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti
(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang
komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya
harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.
Ø Kompos, Alternatif Problem Sampah
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
organik dan anorganik.Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%,
sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai.Pengomposan
dapat mengendalikan bahaya pencemaran yang mungkin terjadi dan menghasilkan
keuntungan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam,
baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan
tambahan.Pengomposan merupakan penguraian dan pemantapan bahan-bahan organik
secara biologis dalam temperatur thermophilic (suhu tinggi) dengan hasil akhir
berupa bahan yang cukup bagus untuk diaplikasikan ke tanah.
Pengomposan dapat dilakukan secara bersih
dan tanpa menghasilkan kegaduhan di dalam maupun di luar ruangan.Teknologi
pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan
atau tanpa bahan tambahan.
Bahan tambahan yang biasa digunakan
Activator Kompos seperti Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos
(vermicompost). Keunggulan dari proses pengomposan antara lain teknologinya
yang sederhana, biaya penanganan yang relatif rendah, serta dapat menangani
sampah dalam jumlah yang banyak (tergantung luasan lahan).
Pengomposan secara aerobik paling banyak
digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan
kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi
bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan
udara.Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang
tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan
bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di
Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi
tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi.
Kompos yang dihasilkan dari pengomposan
sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan
kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan
penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media
tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material
organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah
hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.
Ø Pemulihan
Energy
Kandungan
energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya
menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-ulang melalui cara "perlakuan
panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar memasak
atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi
adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan
di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah
sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa
dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan
sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.Gasifikasi
dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material
organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon monoksida dan
hidrogen).Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.
Ø Sanitary
Landfil
Pemusnahan sampah
dengan metode Sanitary Landfill adalah membuang dan menumpuk sampah ke suatu
lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan
tanah.Metode ini dapat menghilangkan polusi udara.Definisi lainnya yaitu sistem
sanitary landfill merupakan sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang
disiapkan dan dioperasikan secara sistematis. Ada proses penyebaran dan
pemadatan sampah pada area pengurugan dan penutupan sampah setiap hari.
Penutupan sel sampah dengan tanah penutup juga dilakukan setiap hari.Metode ini
merupakan metode standar yang dipakai secara internasional.Untuk meminimalkan
potensi gangguan timbul, maka penutupan sampah dilakukan setiap hari.Namun,
untuk menerapkannya diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup
mahal. Di Indonesia, metode sanitary landfilled dianjurkan untuk diterapkan di
kota besar dan metropolitan. Secara umum Sanitary Landfill terdiri atas elemen
sebagai berikut :
a. Lining System
Berguna untuk mencegah atau mengurangi kebocoran leachate ke dalam tanah yang
akhirnya bisa mencemari air tanah. Biasanya Lining System terbuat dari
compacted clay, geomembran, atau campuran tanah dengan bentonite.
b. Leachate Collection System Dibuat di atas Lining system dan berguna untuk mengumpulkan leachate dan memompa ke luar sebelum leachate menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah. Leachate yang dipompa keluar melalui sumur yang disebut Leachate Extraction System.
b. Leachate Collection System Dibuat di atas Lining system dan berguna untuk mengumpulkan leachate dan memompa ke luar sebelum leachate menggenang di lining system yang akhirnya akan menyerap ke dalam tanah. Leachate yang dipompa keluar melalui sumur yang disebut Leachate Extraction System.
c. Cover atau cap
system Berguna untuk mengurangi cairan akibat hujan yang masuk kedalam
landfill. Dengan berkurangnya cairan yang masuk akan mengurangi leachate. d.
Gas ventilation System Berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi di
dalam dengan demikian mengurangi risiko gas mengalir di dalam tanah tanpa
terkendali yang akhirnya dapat menimbulkan peledakan.
e.
Monitoring system Bisa dibuat di dalam atau di luar landfill sebagai peringatan
dini kalau terjadi kebocoran atau bahaya kontaminasi di lingkungan sekitar.
Salah satu masalah terbesar dengan sanitary landfill adalah bahaya lingkungan.Sebagai bahan dalam lapisan sampah dipadatkan memecah, mereka menghasilkan gas, termasuk metana yang mudah terbakar.Namun gas metana yang dihasilkan melalui teknik sanitary landfill dapat dimanfaatkan untuk sumber listrik yang dapat dialirkan kerumah-rumah penduduk. Tempat pembuangan sampah juga menghasilkan lindi, lindi adalah cairan yang dihasilkan sebagai akibat dari perkolasi air atau cairan lain melalui sampah, dan kompresi dari limbah. Lindi dianggap cairan terkontaminasi, karena banyak mengandung bahan terlarut dan tersuspensi.Lindi merupakan bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan alam jika mereka berakhir di meja air.Namun air sampah atau air lindi mempunyai manfaat yaitu dapat diolah menjadi pupuk cair.Manajemen yang baik teknik yang dapat membatasi dampak negatif dari lindi pada tanah dan air permukaan termasuk kontrol produksi lindi dan debit dari TPA, dan koleksi air lindi dengan perlakuan final dan / atau pembuangan.
Salah satu masalah terbesar dengan sanitary landfill adalah bahaya lingkungan.Sebagai bahan dalam lapisan sampah dipadatkan memecah, mereka menghasilkan gas, termasuk metana yang mudah terbakar.Namun gas metana yang dihasilkan melalui teknik sanitary landfill dapat dimanfaatkan untuk sumber listrik yang dapat dialirkan kerumah-rumah penduduk. Tempat pembuangan sampah juga menghasilkan lindi, lindi adalah cairan yang dihasilkan sebagai akibat dari perkolasi air atau cairan lain melalui sampah, dan kompresi dari limbah. Lindi dianggap cairan terkontaminasi, karena banyak mengandung bahan terlarut dan tersuspensi.Lindi merupakan bahan-bahan yang dapat merusak lingkungan alam jika mereka berakhir di meja air.Namun air sampah atau air lindi mempunyai manfaat yaitu dapat diolah menjadi pupuk cair.Manajemen yang baik teknik yang dapat membatasi dampak negatif dari lindi pada tanah dan air permukaan termasuk kontrol produksi lindi dan debit dari TPA, dan koleksi air lindi dengan perlakuan final dan / atau pembuangan.
Æ Metode
yang digunakan dalam Sanitary Landfill:
1.
Metode galian parit (trench method)
Sampah
dibuang pada galian parit yang memanjang.Hasil galian digunakan untuk menutup
sampah yang ditimbun dan tanah penutup dipadatkan, kemudian diratakan
kembali.Setelah parit terisi penuh, dibuat parit baru desebelah parit yang
terdahulu.
2.
Metode area
Sampah
dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, lereng bukit
kemudian ditutup dengan tanah yang diperoleh dari tempat tersebut.
3.
Metode ramp
Merupakan
gabungan dari kedua metode diatas, prinsipnya lapisan tanah dilakukan setiap
hari setebal 15cm diatas tumpukan sampah.
Setelah
lokasi sanitary landfill stabil maka tempat ini dapat dimanfaatkan kembali
sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olah raga, tempat rekreasi,
tempat parkir, dll.
Ø Insenerasi
Insinerasi adalah pembakaran sampah/Iimbah
padat menggunakan suatu alat yang disebut insinerator. Kelebihan dari proses
insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat banyak (bisa mencapai 90 %).
Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan.Meski demikian, tidak semua
jenis limbah padat dapat dibakar dalaminsinerator.Jenis limbah padat yang cocok
untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan
contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca,
sampah makanan, dan baterai. Kelemahan utama metode insinerasi adalaah biayanya
yang mahal, selain itu insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi
pencemar udara serta abu /ashes pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa
yang berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi .yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu pembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi .yang mahal. Selain itu, insinerasi menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu pembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sampah
merupakan barang sisa yang sudah habis masa gunanya. Secara umum dapat
dibedakan menjadi 2 yakni sampah organic dan sampah nonorganik. Dan yang paling
bermasalah bagi kehidupan manusia adalah sampah nonorganik karena sampah ini
sangat sukar terurai menjadi tanah, sehingga dapat menyebabkan penumpukan
sampah. Sebagian orang pun juga tidak perduli tentang tata cara pembuangan
sampah, ada yang membuangnya ke sungai, selokan, ke kebun, dan ada juga yang
membuangnya begitu saja di pinggir jalan. Selain secara estetika hal ini
sangatlah buruk, pembuangan sampah seperti itu juga dapat mengakibatkan
pencemaran dan juga banjir.
Oleh karena
peraturan harus ditegaskan agar tidak ada orang yang membuang sampah
sembarangan lagi. Dan yang paling penting adalah kita membuang sampah pada
tempatnya itu haruslah berdasarkan kesadaran dan kedisiplinan dari diri kita
masing-masing, karena dengan begitu tanpa disadari kita akan membuang sampah
dengan benar pada tempatnya meskipun di daerah tempat kita tinggal tidak ada
sangsi tegas mengenai itu.
B.
SARAN – SARAN
Cara
pengendalian sampah yang paling sederhana adalah dengan menumbuhkan kesadaran
dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan sampah. Selain itu
diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai
lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu. Peraturan
yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka para
perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya. Keberadaan Undang-Undang
persampahan dirasa sangat perlukan. Undang-Undang ini akan mengatur hak,
kewajiban, wewenang, fungsi dan sanksi masing-masing pihak. UU juga akan
mengatur soal kelembagaan yang terlibat dalam penanganan sampah. Menurut dia,
tidak mungkin konsep pengelolaan sampah berjalan baik di lapangan jika secara
infrastruktur tidak didukung oleh departemen-departemen yang ada dalam
pemerintahan. Demikian pula pengembangan sumber daya manusia (SDM). Mengubah
budaya masyarakat soal sampah bukan hal gampang. Tanpa ada transformasi
pengetahuan, pemahaman, kampanye yang kencang. Ini tak bisa dilakukan oleh
pejabat setingkat Kepala Dinas seperti terjadi sekarang. Itu harus melibatkan
dinas pendidikan dan kebudayaan, departemen agama, dan mungkin Depkominfo. Di
beberapa negara, seperti Filipina, Kanada, Amerika Serikat, dan Singapura yang
mengalami persoalan serupa dengan Indonesia, sedikitnya 14 departemen
dilibatkan di bawah koordinasi langsung presiden atau perdana menteri.
DAFTAR PUSTAKA
-
Ni
Komang Ayu Artiningsih, Sudharto Prawata Hadi, Syafrudin. PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA (Studi
Kasus di Sampangan & Jomblang, KotaSemarang). Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang
-
Mohamad
Rizal. ANALISIS PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PERKOTAAN (Sudi kasus pada Kelurahan
Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala). Vol 6 no 1 Th 2010
-
Mifbakhuddin,
Trixie Salawati, Arif Kasmudi. GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA
TINJAUAN ASPEK PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, DAN PENDAPATAN PERKAPITA DI RT 6 RW 1
KELURAHAN PEDURUNGAN TENGAH SEMARANG.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah semarang.
E
Gumbira Sid. 1987 Sampah Masalah Kita
Bersama.
Jakarta:
Mediatama Sarana Perkasa
Sudradjat. R. Mengelola Sampah Kota. Penebar Swadaya. Jakarta; 2008
Sunyoto. B. Fenomena Gerakan Mengolah Sampah. PT Prima Info Sarana
Media.
Jakarta; 2008
Hadiwijoto, S. 1983.
Penanganan dan Pemanfaatan Sampah.
Jakarta : Penerbit Yayasan Idayu.
Murtadho, D
dan Said, E.G. 1988. Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat. Jakarta:
Sarana Perkasan
Mahajoeno,
Edwi. 2003. Pengelolaan Sampah Terpadu. Bogor: IPB Press
Tim Penulis PS. 2008. Penanganan dan Pengolahan
Sampah. Jakarta.
Penebar
Swadaya
Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran
Lingkungan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Yuwono, D. 2006. Kompos. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Artiningsih, NKA, 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengeloaan Sampah Rumah Tangga.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Purwendro
S. Mengelola sampah untuk pupuk dan
pestisida. Jakarta: Niaga Swadaya; 2004.h.6-9.
Ni
Komang Ayu Artiningsih, Sudharto Prawata Hadi, Syafrudin. PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA(Studi
Kasus di Sampangan & Jomblang, KotaSemarang). Jurnal Ilmiah UNTAG
Semarang
0 comments:
Post a Comment